5 Komposisi Deterjen

Komposisi deterjen
Komposisi deterjen

5 Komposisi Deterjen – Moms, pastinya sudah sangat familiar dengan deterjen, dong.

Deterjen digunakan untuk membersihkan berbagai jenis kotoran yang menempel pada baju.

Deterjen menjadi andalan kita saat gemas dengan noda membandel yang ada di pakaian.

Saat ini tersedia berbagai jenis deterjen yang bisa dipilih sesuai dengan selera.

Beberapa dari banyaknya jenis deterjen adalah deterjen bubuk dan deterjen cair.

Dua jenis deterjen ini paling banyak digunakan dari berbagai kalangan.

Hal ini tak lepas dari kepopuleran deterjen bubuk yang hadir sejak zaman perang dunia ke II.

Seiring berjalannya waktu, deterjen cair mulai muncul dan hampir menyaingi kepopuleran deterjen bubuk.

Namun masing-masing jenis deterjen tersebut tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan.

Meskipun memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda, dua deterjen ini terbuat dari bahan atau komposisi yang sama.

Nah apa saja komposisi deterjen yang sering kita gunakan?

Simak artikel ini untuk mengetahui komposisi utama deterjen.

1. Surfaktan

Komposisi deterjen
Surfaktan

Komposisi deterjen adalah zat surfaktan. Zat ini menjadi bahan utama dari berbagai jenis deterjen mulai dari bubuk, cair, krim, hingga kapsul.

Surfaktan pada deterjen dapat menjadi zat pembasah, pengemulsi, pembusa, dan pendispersi. Zat-zat ini sangat penting untuk proses kegiatan mencuci pakaian.

Surfaktan memiliki fungsi untuk mengangkat kotoran membandel yang ada di pakaian ketika dicuci baik saat dengan tangan maupun dengan menggunakan mesin cuci.

Selain itu, adanya surfaktan juga berfungsi untuk menahan kotoran yang sudah lepas dari baju menempel kembali pada baju. Sehingga pakaian menjadi lebih bersih dan higienis.

Kegunaan dari surfaktan memang diakui sangat berguna. Sayangnya, kandungan surfaktan dapat memberikan reaksi alergi pada kulit yang sensitif.

Sehingga bagi orang yang berkulit sensitif, penggunaan deterjen terkadang menimbulkan ruam kemerahan, gatal – gatal, dan reaksi alergi lainnya.

Oleh karena itu, bagi kamu yang punya riwayat alergi berhati-hati dengan komposisi deterjen yang satu ini, ya.

2. Bahan Aktif

Komposisi deterjen
Sodium Lauryl Sulfate

Komposisi deterjen yang berikutnya adalah zat atau bahan aktif.

Bahan aktif yang berada di deterjen berguna untuk menambah jumlah busa pada sabun.

Banyaknya busa berpengaruh pada proses pencucian pakaian.

Busa menjadi salah satu alat efektif untuk membersihkan noda kotoran maupun debu yang ada di pakaian.

Hal ini dikarenakan fungsi utama dari bahan aktif deterjen adalah meningkatkan kemampuan daya bersih suatu deterjen.

Dengan adanya bahan aktif yang ada di deterjen, pembersihan noda pada pakaian menjadi lebih efektif dan efisien. Serta menghasilkan baju yang bersih maksimal.

Salah satu zat yang menjadi bahan aktif paling sering ditemukan pada deterjen adalah zat Sodium Lauryl Sulfate.

3. Bahan Penunjang

Komposisi deterjen
Soda abu

Komposisi deterjen yang selanjutnya adalah bahan penunjang deterjen.

Sesuai dengan namanya, bahan penunjang memiliki fungsi meningkatkan daya bersih suatu deterjen.

Fungsi bahan penunjang tak jauh berbeda dengan bahan aktif. Namun tingkat daya bersih bahan penunjang berada di bawah bahan aktif.

Kandungan bahan penunjang pada deterjen tidak boleh terlalu banyak karena bisa memicu reaksi alergi.

Terlebih bagi seseorang yang memiliki kulit sensitif, seringkali mengalami gejala alergi apabila terkena deterjen.

Misalnya muncul sensasi panas atau terbakar ketika deterjen terkena tangan pada saat sedang mencuci baju.

Kandungan umum dari bahan penunjang yang ada di suatu deterjen biasanya berupa soda abu dengan bentuk bubuk yang berwarna putih.

4. Bahan Aditif

Komposisi deterjen
Pemutih

Komposisi deterjen yang selanjutnya adalah bahan aditif.

Bahan aditif pada deterjen berguna sebagai bahan tambahan dari bahan lainnya.

Bahan aditif bisa dikatakan sebagai bahan yang menarik konsumen untuk memilih suatu produk.

Jadi sebenarnya, adanya bahan aditif pada deterjen digunakan untuk urusan komersial dan menarik konsumen.

Pada umumnya, bahan aditif yang biasa digunakan untuk deterjen adalah pewarna, pelarut, pewangi, dan pemutih.

Dengan adanya bahan-bahan tersebut, konsumen bisa menyesuaikan kebutuhan mencuci dengan deterjen yang akan dipilihnya.

Misalnya, apabila kita ingin baju kita memiliki wangi yang tahan lama setelah dicuci maka pilihlah deterjen yang mengandung bahan pewangi.

Atau jika kita ingin membersihkan noda bandel pada pakaian putih maka gunakan deterjen yang memiliki kandungan pemutih agar noda yang ada di baju hilang dengan mudah.

5. Bahan Filler

Komposisi deterjen
Bahan Filler

Komposisi deterjen yang berikutnya adalah bahan-bahan filler.

Bahan filler berfungsi untuk menambah kapasitas daya cuci dari suatu proses pencucian. Dengan adanya bahan filler, kita bisa mencuci banyak pakaian sekaligus dalam sekali waktu.

Namun jangan terlalu sering mencuci dalam kapasitas yang banyak karena bisa merusak mesin cuci dan pakaian tidak bersih dengan sempurna.

Bahan filler ini juga bisa menjadikan suatu deterjen memiliki harga yang lebih terjangkau karena bisa digunakan untuk banyak pakaian.

Pada umumnya, bahan filler yang sering digunakan adalah sodium nitrat, sodium sulfat, dan tetra sodium pyrophosphate.

Bentuk dari bahan filler biasanya bubuk yang mudah larut dalam air. Serta memiliki warna yang putih.

Komposisi deterjen yang berasal dari zat kimia apabila digunakan dalam jangka waktu yang lama bisa merusak lingkungan kita.

Hal ini sisa deterjen dari hasil pencucian bisa menghasilkan air limbah yang mencemari lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, gunakan A Wash Detergent. Deterjen pembersih segala jenis noda yang ramah lingkungan sehingga aman dan tidak mencemari lingkungan kita.

Yuk cek website home kami tentang A Wash Detergent. Kunjungi juga Instagram dan hubungi kami di WhatsApp untuk pemesanan A Wash Detergent.